Ilmu Bayan ;
adalah satu nama bagi segala sesuatu yang sudah terbuka dan sudah dimengerti maknanya. Karena misi dari ucapan adalah faham dan memberi faham. Sebenarnya, Al-bayan diucapkan bagi sebuah arti “jelas” dan terbukanya suatu makna yang ada di dalam hati yang digambarkan di dalamnya, untuk memudahkan memahami dan memperjelas pikiran orang yang diajak bicara.
adalah satu nama bagi segala sesuatu yang sudah terbuka dan sudah dimengerti maknanya. Karena misi dari ucapan adalah faham dan memberi faham. Sebenarnya, Al-bayan diucapkan bagi sebuah arti “jelas” dan terbukanya suatu makna yang ada di dalam hati yang digambarkan di dalamnya, untuk memudahkan memahami dan memperjelas pikiran orang yang diajak bicara.
Jadi Ilmu Bayan adalah: Ilmu yang
mempelajari tentang kaidah kaidah yang membantu kita mendatangkan satu makna
dengan berbagai cara dan berbagai susunan. Dan masing masing susunan ada yang
jelas dan ada yang sangat jelas.
Objek ilmu ini adalah : Tasybih, Majaz dan Kinayah.
Saya beri contoh, cara mendatangkan satu
makna dengan berbagai cara dari tasybih (Perumpamaan), seperti sifat dermawan
bagi Zaid.
Zaid bagaikan lautan dalam kedermawanan. (disebutkan
semuanya)
Zaid itu seperti lautan. (sifat dermawan tidak disebutkan).
Zaid itu adalah Lautan. (sama sekali tidak
menyebutkan kata persamaan.
Ketiga susunan kalimat di atas disusun
secara berbeda. Masing masing ada yang sangat jelas, jelas dan kurang jelas.
Karena kalimat yang pertama lebih jelas daripada kalimat yang kedua dan ketiga
karena menyebutkan Wajh Syibh (aspek persamaan) dan Adatut Tasybih (Alat
persamaan). Sedangkan kalimat yang kedua, tentu lebih jelas dari yang ketiga.
Karena menyebutkan Adatut Tasybih. Berbeda dengan kalimat yang ketiga yang
membuang wajh dan adatut Tasybih. Jadi, kalimat yang ketiga itu dibawah dari
yang lainnya di dalam “kejelasan” maknanya.
Begitu pula di dalam bab majaz dan kinayah,
masing masing mempunyai tangga tingkat kejelasan makna.
Yang ketiga: Ilmu Badi’ Para ahli balaghah
ternyata menemukan di dalam teks teks yang memuat kata kata yang baligh yang
mempunyai nilai sastra yang tinggi percikan percikan keindahan kata dan makna
yang sulit untuk dimasukkan ke dalam ilmu Ma’ani dan ilmu Bayan. Sehingga
mereka mengumpulkan keindahan keindahan itu di dalam satu kata “Ilmu Badi’.
Mereka membagi dua, Muhsinat Lafdziyyah
bagi keindahan kata, dan Muhsinat Ma’nawiyyah bagi keindahan makna.
Jadi, Ilmu Badi’ adalah ilmu yang membantu
untuk mengetahui segala sesuatu yang membuat kata kata dan makna indah dan
sedap didengar yang lagi lagi harus yang sesuai dengan SIKON. Karena berbagai
macam bentuk keindahan ini dianggap indah bagi ucapan jika sudah memenuhi
syarat yaitu “Sesuai dengan SIKON”. Kalau tidak, maka itu seperti mengalungi
Babi dengan kalung Permata. Kalungnya bagus dan indah, akan tetapi yang
dikalungi adalah hewan yang najis dan menjijikkan.
Mengenai Muhsinat Lafdziyyah, yang dimaksud
adalah memperindah lafadz (kata) walaupun secara otomatis makna akan ketularan
menjadi indah juga. Akan tetapi tujuan utamanya adalah lafadz itu sendiri bukan
makna.
Jika sebaliknya, yang menjadi pokok tujuan
adalah memperindah makna, maka dinamakan Muhsinat Ma’nawiyah.
Para Ahli Badi’ berkata bahwa orang yang
pertama kali mengumpulkan fan ini adalah Abdullah ibnul Mu’taz (sang Khalifah
Abbasiyah) (274H) karena dia telah menulis kitabnya yang berjudul “Al-Badi’).
Di dalam kitab tersebut beliau menyebutkan 27 macam Muhsinat.
Kemudian setelah beliau, ada Ja’far Bin
Qudamah yang merupakan salah satu Begawan para penulis dari Baghdad (319H).
Beliau mengarang kitab (Naqdu Qudamah) yang menyebutkan di dalamnya 31 macam
Muhsinat, sebagai penyempurna dari apa yang telah disebutkan oleh Abdullah
Ibnul Mu’taz.
Kemudian datang masa Abu Hilal
al-Askary(395H) yang mengumpulkan 37 macam Badi’.
Lalu Ibnu Rastiq Al-Qoirowany yang
mengumpulkan hamper 27 macam Badi’ dalam kitabnya bernama (Al-Umdah).
Setelah itu Syarofuddin At-Tifasyi yang
berasal dari Afrika dan belajar di Mesir yang mempunyai beberapa karangan
tentang Badi’. Disusul oleh Abdul Adzim yang terkenal dengan sebutan Ibnu Abil
Ishba’ al-Udwani, seorang penyair arab yang mempunyai bebrapa karangan bagus
diantaranya “Badi’ul Quran” tentang macam macam badi’ yang terdapat di dalam
al-Qur’an. Dan beliau mampu menyebutkan 90 macam Badi’ di dalam al-Qur’an.
No comments:
Post a Comment