Tuesday, 3 September 2013

Ilmu Bayan

Ilmu Bayan ;

adalah satu nama bagi segala sesuatu yang sudah terbuka dan sudah dimengerti maknanya. Karena misi dari ucapan adalah faham dan memberi faham. Sebenarnya, Al-bayan diucapkan bagi sebuah arti “jelas” dan terbukanya suatu makna yang ada di dalam hati yang digambarkan di dalamnya, untuk memudahkan memahami dan memperjelas pikiran orang yang diajak bicara.

Jadi Ilmu Bayan adalah: Ilmu yang mempelajari tentang kaidah kaidah yang membantu kita mendatangkan satu makna dengan berbagai cara dan berbagai susunan. Dan masing masing susunan ada yang jelas dan ada yang sangat jelas.

Objek ilmu ini adalah : Tasybih,  Majaz dan Kinayah.
Saya beri contoh, cara mendatangkan satu makna dengan berbagai cara dari tasybih (Perumpamaan), seperti sifat dermawan bagi Zaid.
Zaid bagaikan lautan dalam kedermawanan. (disebutkan semuanya)
Zaid itu seperti  lautan. (sifat dermawan tidak disebutkan).
Zaid itu adalah Lautan. (sama sekali tidak menyebutkan kata persamaan.
Ketiga susunan kalimat di atas disusun secara berbeda. Masing masing ada yang sangat jelas, jelas dan kurang jelas. Karena kalimat yang pertama lebih jelas daripada kalimat yang kedua dan ketiga karena menyebutkan Wajh Syibh (aspek persamaan) dan Adatut Tasybih (Alat persamaan). Sedangkan kalimat yang kedua, tentu lebih jelas dari yang ketiga. Karena menyebutkan Adatut Tasybih. Berbeda dengan kalimat yang ketiga yang membuang wajh dan adatut Tasybih. Jadi, kalimat yang ketiga itu dibawah dari yang lainnya di dalam “kejelasan” maknanya.

Begitu pula di dalam bab majaz dan kinayah, masing masing mempunyai tangga tingkat kejelasan makna.
Yang ketiga: Ilmu Badi’ Para ahli balaghah ternyata menemukan di dalam teks teks yang memuat kata kata yang baligh yang mempunyai nilai sastra yang tinggi percikan percikan keindahan kata dan makna yang sulit untuk dimasukkan ke dalam ilmu Ma’ani dan ilmu Bayan. Sehingga mereka mengumpulkan keindahan keindahan itu di dalam satu kata “Ilmu Badi’. Mereka membagi dua, Muhsinat Lafdziyyah  bagi keindahan kata, dan Muhsinat Ma’nawiyyah bagi keindahan makna.

Jadi, Ilmu Badi’ adalah ilmu yang membantu untuk mengetahui segala sesuatu yang membuat kata kata dan makna indah dan sedap didengar yang lagi lagi harus yang sesuai dengan SIKON. Karena berbagai macam bentuk keindahan ini dianggap indah bagi ucapan jika sudah memenuhi syarat yaitu “Sesuai dengan SIKON”. Kalau tidak, maka itu seperti mengalungi Babi dengan kalung Permata. Kalungnya bagus dan indah, akan tetapi yang dikalungi adalah hewan yang najis dan menjijikkan.

Mengenai Muhsinat Lafdziyyah, yang dimaksud adalah memperindah lafadz (kata) walaupun secara otomatis makna akan ketularan menjadi indah juga. Akan tetapi tujuan utamanya adalah lafadz itu sendiri bukan makna.
Jika sebaliknya, yang menjadi pokok tujuan adalah memperindah makna, maka dinamakan Muhsinat Ma’nawiyah.

Para Ahli Badi’ berkata bahwa orang yang pertama kali mengumpulkan fan ini adalah Abdullah ibnul Mu’taz (sang Khalifah Abbasiyah) (274H) karena dia telah menulis kitabnya yang berjudul “Al-Badi’). Di dalam kitab tersebut beliau menyebutkan 27 macam Muhsinat.

Kemudian setelah beliau, ada Ja’far Bin Qudamah yang merupakan salah satu Begawan para penulis dari Baghdad (319H). Beliau mengarang kitab (Naqdu Qudamah) yang menyebutkan di dalamnya 31 macam Muhsinat, sebagai penyempurna dari apa yang telah disebutkan oleh Abdullah Ibnul Mu’taz.

Kemudian datang masa Abu Hilal al-Askary(395H) yang mengumpulkan 37 macam Badi’.
Lalu Ibnu Rastiq Al-Qoirowany yang mengumpulkan hamper 27 macam Badi’ dalam kitabnya bernama (Al-Umdah).

Setelah itu Syarofuddin At-Tifasyi yang berasal dari Afrika dan belajar di Mesir yang mempunyai beberapa karangan tentang Badi’. Disusul oleh Abdul Adzim yang terkenal dengan sebutan Ibnu Abil Ishba’ al-Udwani, seorang penyair arab yang mempunyai bebrapa karangan bagus diantaranya “Badi’ul Quran” tentang macam macam badi’ yang terdapat di dalam al-Qur’an. Dan beliau mampu menyebutkan 90 macam Badi’ di dalam al-Qur’an.


No comments:

Post a Comment